Senin, 25 Januari 2010

BUDIDAYA RUMPUTLAUT


Rumput laut atau algae yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp., Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan.
Rumput laut biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Pulau Bali, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.

JENIS-JENIS RUMPUT LAUT

Berikut adalah jenis-jenis rumput laut / alga. diantaranya alga merah, hijau, dan cokelat. dari setiap jenis alga ada beberapa pengelompokanya yaitu :







/>














Daftar Jenis ALGA COKLAT:
 Cystoseira sp. Sargassum crassifolium
 Dictyopteris sp. Sargassum cristaefolium
 Dictyota bartayresiana Lamouroux Sargassum duplicatum J.G. Agardh
 Hormophysa cuneiformis Sargassum echinocarpum
 Hormophysa triquetra (C. Agardh) Sargassum plagyophyllum (Mertens)
 Hydroclathrus clatratus (C. Agardh) Sargassum polycystum
 Oseng Turbinaria conoides (J. Agardh)
 Padina australis Hauck Turbinaria decurens (Bory)
 Sargassum binderi (Sonder) Turbinaria murayana
 Sargassum cinereum J.G. Agardh Turbinaria ornata (Turner) J. Argadh
Daftar Jenis ALGA HIJAU:
 Boergesenia Forbesii (Harvey) Halimeda borneensis
 Bornetella nitida (Harvey) Halimeda copiosa
 Caulerpa brachypus Harvey Halimeda cunneata Hering
 Caulerpa cupressoides Halimeda cylindraceae Decaisne
 Caulerpa fergusonii Muray Halimeda discoidea Decaisne
 Caulerpa lentillifera J. Agardh Halimeda distorta
 Caulerpa lessonii Bory Halimeda gracilis
 Caulerpa racemosa (Fors) Halimeda laccunalis Taylor
 Caulerpa racemosa v. clavivera Halimeda macroloba Decaisne
 Caulerpa racemosa var lamouraouxii Halimeda macrophysa Askenasy
 Caulerpa racemosa var macrophysa Halimeda micronesica Yamada
 Caulerpa racemosa var Occidentalis Halimeda minima (W.R. Taylor)
 Caulerpa racemosa var uvifera Halimeda opuntia (Linnaeus)
 Caulerpa racemosa var. turbinata Halimeda renschii Hauck
 Caulerpa serrulata Halimeda simulans Howe
 Caulerpa sertulariodes Halimeda tuna (Ellis and Solander) Lam.
 Caulerpa sp. Neomeris annulata Dickie
 Caulerpa taxifolia Tydemania Expeditions Weber van Bosse
 Chaetomorpha antennina Udotea argentea Zanardini
 Chaetomorpha crassa Udotea flabellum (Ellis and Solander)
 Codium decorticatum Ulva fasciata Delile
 Codium edule silva Ulva lactuca Linnaeus
 Codium geppii schmitt Ulva pertusa Kjellman
 Codium guinense Silva Ulva reticulata Forsskal
 Codium harveyi Silva Ulva sp.
 Dictyosphaeria cavernosa Valonia ventricosa J. Agardh


Daftar Jenis ALGA MERAH:
 Acanthophora muscoides Gracilaria foliifera (Forsskal) Boergese
 Acantophora specifera Gracilaria gigas Harvey
 Actinotrichia fragilis (Forsskal) Gracilaria salicornia
 Amphiora peruana Gracilaria salicornia (C. Agardh) Dawson
 Amphiroa beauvoisii Lamouroux Gracilaria verrucosa
 Amphiroa rigida Halymenia durvillaei
 Amphiroa sp. Halymenia harveyana J. Agardh
 Ceratodityon variabilis Hypnea asperi Bory
 Chondrococcus hornemannii Hypnea cervicornis J. Agardh.
 Corallina sp. Hypnea cornuta
 Eucheuma denticulatum Jania adherens
 Eucheuma edule Kappaphycus alvarezii (Doty)
 Eucheuma edule Koetzing Kappaphycus cottonii
 Eucheuma serra J. Agardh Kappaphycus striatum
 Galaxaura filamentosa Chou Laurencia elata
 Galaxaura Kjellmanii Weber van Bosse Laurencia intricata Lamouroux
 Galaxaura rugosa (Solander) Lamouroux Laurencia nidifica J. Agardh.
 Galaxaura subfruticulosa Chou. Laurencia obtusa (Hudson) Lamouroux
 Galaxaura subvefficillata Kjellman Laurencia poitei
 Galaxaura vietnamensis Dawson Liagora divaricata Tseng
 Gelidium latifolium Porphyglossum zolingerii
 Gelidium Sp Porphyra sp.
 Gigartina affinis Harvey Porphyra sp. fase conchocelis
 Gracilaria arcuata Zanardini Portieria hornemanii
 Gracilaria coronopifolia J. Agardh. Rhodimenia sp.
 Gracilaria eucheumioides Harvey Rhodymenia palmata (Linnaeus) Greville
 Gracilaria foliifera (Forsskal) Boergese Titanophora pulchra Dawson


PEMANFAATAN RUMPUT LAUT SECARA UMUM ADALAH :
1. Makanan dan susu (Ice cream, yoghurt, waper krim, cokelat susu, pudding instant)
2. Minuman (Minuman ringan, jus buah, bir)
3. Roti
4. Permen
5. Daging ikan dalam kaleng
6. Saus, salad dressing, kecap
7. Makanan diet (Jelly, jam, sirup, puding)
8. Makanan bayi
9. Non pangan (Makanan hewan, makanan ikan, cat, keramik, tekstil, kertas)
10. Farmasi dan koxsmetik (Pasta gigi, shampoo, obat tablet, bahan cetak gigi, obat salep)


TEKHNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT
• Persyaratan Lokasi Dan Lahan
Lahan budidaya Rumput laut sangat cocok dilakukan di tempat-tempat dengan kondisi ekologis yang meliputi kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi. Adapun persyaratan lahan budidaya Rumput laut adalah :
 Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat.
 Lokasi budidaya harus mempunyai gerakan air yang cukup. Kecepatan arus yang cukup untuk budidaya Eucheuma sp 20 & 8211; 40 cm/detik.
 Dasar perairan budidaya Eucheuma sp adalah dasar perairan karang berpasir.
 Pada saat air surut, terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 30 cm.
 Kejernihan air tidak kurang dari 5 m dengan jarak pandang secara horisontal.
 Suhu air berkisar 27 & 8211; 30 oC dengan fluktuasi harian maksimal 4oC.
 Salinitas (kadar garam) perairan antara 30 & 8211; 35 permil (optimum sekitar 33 permil).
 pH air antara 7 – 9 dengan kisaran optimum 7,3 & 8211; 8,2
 Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas dari pencemaran.
 Sebaiknya dipilih perairan yang secara alami ditumbuhi berbagai jenis makro algae lain seperti Ulva, Caulerpa, Padina, Hypnea dan lain-lain sebagai sp indikator.
• Bibit
 Bibit harus dipilih dari thallus yang muda, segar, keras, tidak layu dan kenyal.
 Berat bibit pada awal penanaman + 100 gram per ikat.
 Bibit sebaiknya disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari atau direndam di laut dengan menggunakan kantong jaring.
• Menggunakan Metode tali panjang

Metode tali panjang (long line method) pada prinsipnya hampir sama dengan metode rakit tetapi tidak menggunakan bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan botol aqua bekas sebagai pelampungnya. Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih ekonomis juga bisa diterapkan di perairan yang agak dalam. Keuntungan metode ini antara lain:

- tanaman cukup menerima sinar matahari;
- tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air;
- terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan;
- pertumbuhannya lebih cepat;
- cara kerjanya lebih mudah;
- biayanya lebih murah;
- kualitas rumput laut yang dihasilkan baik.
Persiapan pembuatan kontruksiMetode tali panjang ini yang meliputi persiapan lahan dan peralatan sebagai berikut :
a. Material
 Tali plastik diameter 9 mm (sebagai tali utama dan tali jangkar).
 Tali plastik diameter 4 mm (sebagai tali ris tempat untuk mengikatkan bibit).
 Tali rafia (sebagai pengikat bibit).
 Bibit rumput laut (jenis Eucheuma sp ).
 Botol plastik bekas/gabus (sebagai pelampung).
 Patok bambu/kayu atau batu karang (sebagai jangkar).
 Pisau.
 Perahu.

b. Prosedur
 Ukuran unit yang dipakai biasanya 15 x 30 m2.
 Siapkan material budidaya seperti yang tersebut pada butir a.
 Potong tali ris sepanjang 30,5 m sebanyak 15 buah.
 Potong tali utama sepanjang 17 m sebanyak 2 buah.
 Potong tali jangkar yang panjangnya disesuaikan dengan kedalaman perairan pada waktu pasang tertinggi sebanyak 4 buah.
 Rentangkan kedua tali utama pada lokasi perairan yang telah dipilih dengan posisi saling berhadapan dengan jarak 30 m dan ikatkan tali jangkar pada kedua ujungnya yang sebelumnya dibebani batu karang atau diikatkan pada patok bambu/kayu yang ditancapkan sebelumnya kemudian disudut-sudutnya dipasang pelampung.
 Ikat bibit yang telah diseleksi dengan tali rafia dengan berat masing-masing sekitar 100 gram/ikat kemudian bibit tersebut diikatkan pada tali ris.
 Jarak tiap ikat bibit yang diikatkan pada tali ris sekitar 25 cm kemudian setelah semua tali ris terisi oleh bibit maka segera diangkut menuju lokasi budidaya dengan perahu.
 Rentangkan tali ris kemudian ikatkan pada tali utama dikedua ujungnya dengan jarak masing-masing tali ris sekitar 1 m.
 Pengikatan tali ris pada tali utama disesuaikan sehingga jarak tanaman dari permukaan air sekitar 30 sampai 50 cm.
 Setelah tali ris diikat semua maka ikatkan pelampung botol plastik bekas pada tali ris, masing-masing ris sebanyak 10 buah dengan jarak sekitar 3 m.